|
ilustrasi |
klenikmisteri.blogspot.com - Cerita ini merupakan pengalaman waktu berkunjung ke bali bertepatan dengan hari Raya Nyepi, Dimana pada malam hari Raya Nyepi semua penerangan ditiadakan dan kondisi sangat gelap gulita. Semua orang pasti tau kondisi itu. Namun lain lagi dengan teman saya, sebut saja pak Jun (45th), dia seorang seniman yang sering ke bali dengan teman-temannya. Suatu hari, satu hari sebelum hari Raya Nyepi, pak Jun berencana pergi ke Bali dengan tujuan untuk menjemput temannya yang mau pulang ke Surabaya.Apesnya Pak Jun tidak melihat kalender terlebih dahulu, dia anggap hari semua sama. Maklum seorang pengacara (pengangguran banyak acara).
Dengan mengendarai sepeda motor Shogun lawas yang kondisinya sudah buluk, catnya disana-sini mulai buram, mulai meluncur. Dipagi itu dia tancap gas meskipun laju kendaraan hanya pol 70km/jam dia terus melaju dengan riang gembira. Dia sesekali beristirahat sejenak diwarung pinggir jalan hanya untuk melepas lelah, setelah itu dia tancap gas lagi berharap bisa sampai di bali sebelum magrib atau sekitar jam 5 sore. Tepat sekali dengan prediksi pak Jun untuk tiba tepat waktu dengan target yang dinginkan. Sesampainya di Bali, dia langsung menuju ke kos-kosan teman yang mau dijemputnya itu. Berhubung besoknya ada kerjaan di Surabaya yang tidak bisa ditinggal, temannya diajak langsung tolak berangkat hari itu juga ke Surabaya.
Dengan berboncengan, Shogun lawas itu melaju dengan santai tapi pasti, Karena di Bali sangat jarang masjid atau mushola, tanda-tanda hari memasuki malam tidak kelihatan. Tiba-tiba saja hari sudah malam dan sepanjang jalan tidak ada penerangan, semua lampu-lampu dipadamkan. Mereka baru sadar kalau hari itu hari Raya Nyepi. Mereka saling pandang, meskipun hanya bisa samar-samar memandang wajah masing-masing karena gelap. Di jalan mereka lalu dihentikan oleh pecalang Bali, mereka disuruh berhenti dan mematikan kendaraannya, akhirnya mereka jalan kaki, Pak Jun dengan sabarnya mendorong sepeda motornya di tengah-tengah kegelapan.
Mata mereka harus fokus memandang jalan, karena malam itu sangat gelap gulita, sinar rembulan waktu itu tidak nampak. Akhirnya Pak Jun memutuskan menitipkan kendaraannya ke salah satu rumah warga yang dekat situ. Di tempat berdirinya pak Jun, terdengar suara bisik-bisik warga, langsung saja kendaraannya dibelokan. "Brraaakkk" ternyata rumah yang akan dititipi Pak Jun, ada pagar kayunya. Dia menabrak pagar kayu yang ada di depan rumah itu. Mereka sempat ketawa, namun ketawanya tertahan setelah ditanya oleh pemilik rumah. "ada apa bli
?," tanya pemilik rumah. "Saya mau nitip motor saya pak, besok saya ambil, bolehkan pak?," jawab Pak Jun. "Boleh aja bli," jawab pemilik rumah itu.
Setelah menyerahkan motornya untuk dititipkan dirumah itu, Pak Jun dan temannya melanjutkan langkahnya mencari tempat bermalam. Dia mau cari pos kamling terdekat, karena tidak biasa menginap dirumah orang lain. Malam semakin larut, jalan yang dilewati Pak Jun dan Temanya semakin gelap gulita. Sesekali mereka bertabrakan karena gelapnya. "Bro, nek mlaku sing bener opo o," celetuk pak Jun karena ditabrak. "iki wis bener mlakune bro, mosok kudu ngesot," jawab temannya. mereka kemudian ketawa cekikian. Tak jauh dari situ, terdengar lagi seperti orang berbicara tapi pelan. Dihampirinya asal suara itu, dan ternyata suara itu berasal dari warga penjaga pos kamling. Kemudian dia mengutarakan maksud dan tujuannya ke warga itu dengan panjang lebar.
Lengkap sudah penderitaan mereka, sudah tidak bisa pulang tepat waktu, dan harus tidur pula di pos kamling. Hari menjelang pagi, Pak Jun dan temannya mulai bangun untuk mengambil motornya yang dititipkannya tadi malam. Namun mereka kebingungan harus mengambil ke rumah mana, karena tadi malam mereka tidak menanyakan alamat rumah dan nama pemiliknya. Keluarlah kata-kata serapah dari mulut mereka. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Akhirnya jalan satu-satunya, Pak Jun dan temannya bagi tugas. Masing-masing harus mendatangi satu-per satu rumah yang ada disepanjang jalan yang mereka lewati tadi malam. Semua sudah didatangi dari deretan depan sampai ujung masih belum ketemu. Ternyata tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang menanyakan sesuatu ke pak Jun. " Pak, maaf kamu yang tadi malam nitipin motor ya," tanya warga itu. "o iya pak, bapak yang saya titipin tadi malam ya," jawab Pak Jun dengan gembira. "Dari tadi saya juga cari pemilik motor ini pak," katanya bapak pemilik rumah. "sama kalo gitu pak, saya juga cari dari ujung sini ke ujung sono pak, untung ketemu bapak, terima kasih ya pak,"sambil jabat tangan menyampaikan tanda terima kasihnya.
Kemudian Pak Jun dan temannya melanjutkan perjalannya ke Surabaya. dan mereka akan selalu mengingat pengalaman pahit ini.