Rabu, 30 Oktober 2013

Kuntilanak Yang Bandel

Ilustrasi
klenikmisteri.blogspot.com - Cerita ini pernah saya alami sendiri di rumah kediamanku.Disebuah rumah dengan ada tambahan tangga di belakang rumah untuk akses naik ke ruangan atas.Nah, tepatnya di bawah tangga yang posisinya pojok menjadikan area bawah tangga menjadi temaram dan suram karena tidak terkena cahaya matahari dan di samping tangga letak posisi kamar mandi.Disitulah bersemayam satu hantu Kuntilanak.Kejadian bertemu dengan kuntilanak tersebut tepatnya aku alami masih pada masa kuliah. Singkat cerita waktu ketemuan dengan mbak kunti pada waktu dini hari. Posisi waktu kejadian, saya lagi tidur di sebuah sofa kamar tamu.Aku pakai sofa yang panjang, karena aku lebih suka tidur di sofa, selain empuk dan lembut lapisan sofanya, udaranya juga fresh.Tepat pukul 2 pagi, spontan aku terbangun, mataku tertuju ke sofa pendek posisinya di depanku. Aku lihat samar-samar sosok cewek dengan baju putih menutupi tangan dan kakinya lagi nangkring diatas sofa, rambutnya yang panjang hitam menjuntai kedepan menutupi semua wajahn dan tangannya. Lagi - lagi aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, kemudian aku usap-usap matuku beberapa kali, dan aku lihat lagi kuntilanak itu sudah menghilang. Kejadian tersebut akhirnya menjadi pengalaman mistis buatku, dan sudah berjalan lama sampai sekarang belum ada kejadian kemunculan kuntilanak tersebut. 

Aku merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara semuanya cowok.dan saudara -saudaraku semuanya sudah berkeluarga termasuk aku, cuma tinggal yang nomer 4 yang belum menikah.Kebetulan tahun ini dia menikah mendapatkan cewek jakarta.Nah, ternyata bakal istrinya adikku ini punya kelebihan indra ke 6 alias indigo. Setelah menikah istrinya diboyong ke rumah surabaya. Dan tidak bisa dihindari lagi, banyak kejadian yang dialami olehnya.Salah satunya waktu ke kamar mandi di samping tangga dia melihat mbak kunti  yang sekelebat terbang ke atas dan menghilang diatas tangga.kebetulan di atas tangga ada ruangan kosong yang dibuat gudang.Kejadian lainnya, waktu dia masak di belakang, dia merasa ada yang mencolek dari belakang, spontan dia tengok ke belakang sekelebat dia melihat kuntilanak terbang naik ke atas tangga dan menghilang.Dan tidak kalah seremnya, waktu istrinya adikku lagi cuci pakaian dia melihat suaminya lagi duduk-duduk di tangga, dia panggil sekali dua kali tapi tetap tidak dijawab, kemudian dia tinggalkan cuciannya masuk ke kamar ternyata suaminya lagi ada dikamar.Lalu siapa yang tadi duduk-duduk di tangga?.

Ulah Mbak Kunti ini membuat geram aku, suatu malam aku tungguin di belakang dan aku cari-cari. Ternyata tidak ketemu.Aku masih berharap bisa ketemu dengan mbak kunti ini supaya bisa berdialog kenapa dia selalu mengganggu istrinya adikku. Apakah anda bisa membantuku untuk menemuinya...

Senin, 28 Oktober 2013

Uang 10 Milyar Berbau Busuk

Ilustrasi
klenikmisteri.blogspot.com - Tiba-tiba sebuah sinar biru melesat dari dasar liang. Kulihat jelas seperti mata harimau, berputar-putar dan beberapa kali menyerangku.....

Kuburan itu tidak terkesan angker atau menyeramkan. Lokasinya berada di luar areal TPU seluas lebih kurang dua hektar, di atas bukit Cikundul, Cikalong Wetan, Cianjur, Jawa Barat. Namun, dalam situasi hujan badai di tengah malam, kondisinya menjadi sangat berbeda sekali dibanding siang hari ketika kami melakukan riset untk sebuah hasrat.
Dahan kamboja putih yang meliuk ke kanan dan ke kiri mengiktui irama angin diantara petir yang terus meyambar, seolah berubah laksana tangan-tangan hantu gentayangan. Menggapai-gapai seperti hendak mencekik. Tapi sesekali dahan yang terlihat selintas dalam kilatan petir itu seperti menggapai minta pertolongan. Tak ubahnya arwah manusia yang minta disempurnakan, sehingga mendapat tempat layak di alam kelanggengan.
"Gimana kang, bisa dimulai?" Giman minta pendapat kang Narma.
"Sebentar, saya mau cek sekali lagi," jawab Narma. Kemudian ia memejamkan mata, mengangkat kedua tangannya sebagaimana layaknya berdoa.
Mulutnya komat-kamit merapal mantera-mantera yang sudah disiapkan sebelum melakukan perburuan edan ini. Kenapa kusebut perburuan edan? Karena malam ini kami akan membongkar kuburan seseorang. Aku tidak tahu jenazah siapa yang ditanam di situ. Aku pun tidak tahu apakah mayat tersebut masih utuh terbungkus kain kafan atau sudah menjadi tengkorak. Begitu pula apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah mayat itu akan diam saja seperti gedebong pisang, atau melakukan perlawanan karena tempat tinggalnya telah kami bongkar tanpa santun. Bagiku ketika itu, apa yang akan terjadi, terjadilah. Yang penting misi ini harus sukses! Begitu target kami bertiga.
Atas perintah Narma, penggalian pun dimulai. Giman mengayun cangkul, sementara Narma menyambutnya dengan sekop. Aku berdiri pada posisi yang lebih tinggi. Ini sengaja kulakukan demikian atas kesepakatan kami bertiga agar aku dapat melihat lebih leluasa bila ada sesuatu hal yang tidak kami kehendaki, entah dari manusia maupun dari makhluk gaib sebangsa jin, setan dan genderuwo. Sebab, bukan mustahil pekerjaan kami sudah sejak tadi diawasi oleh puluhan pasang mata.
Satu jam berselang, penggalian dihentikan sementara. Juga atas perintah Narma. Aku melihat liang itu telah menganga lebar, sesosok tubuh putih terbaring di dasar sana, basah disiram hujan. Spontan, kewaspadaanku makin kutingkatkan, karena aku yakin akan terjadi sesuatu.
Dulu, sewaktu aku masih di Pondok Pesantren, Kyai Hasbullah pernah berpesan wanti-wanti. "Untuk tujuan apa pun, jangan sekali-kali berbuat nekad dengan gegabah membongkar kuburan seseorang kalau kamu tidak siap bertarung melawan arwah yang bangkit dari liang kubur itu. Kecuali apabila kamu sudah betul-betul menguasai ilmunya. Ingat itu baik-baik, Yu." Begitu peringatan Kyai yang masih terngiang di telingaku.
Pesan itu ternyata menjadi kenyataan. Mayat itu benar-benar bangkit dari tidur panjanganya. Ia berdiri dengan sikap menantang, lalu berkata dengan suara lantang. Suara perempuan tua. "Kenapa kalian berani membongkar rumah saya dan mengganggu tidur saya, ha! Apa yang kalian cari di sini? Ini rumahku. Sudah puluhan tahun aku disini. Jadi, Jangan coba-coba mengusikku, apalagi berani mengusirku dari rumahku sendiri. Kalian dengar itu?!"
Narma dan Giman serentak mundur beberapa langkah, bersiaga penuh. Aku malah maju mendekati mereka dengan sebatang bambu kuning runcing. Ujung linggis Narma siap diarahkan ke jantung si mayat. Cangkul Giman siap diayunkan ke lehernya. Sedangkan aku akan menikamkan bambu ini ke pantat mayat itu.
"Kalau tidak mau diganggu, sebaiknya lekas pergi dari sini!" Bentak Narma. "Kami tidak akan mengganggu kalau kamu sendiri tidak mengganggu. Makanya pergilah secepatnya dari sini!"
Si mayat tertawa mengikik dan dengan mata melotot sambil melontarkan kata-kata. "Kalau aku tidak mau pergi?"
"Aku akan paksa!" bentak Narma
"Kalau aku melawan?"
"Akan aku buat kamu lebih sengsara dan menderita. Mana yang kamu pilih?"
Si mayat meringkik lagi. Kali ini lebih panjang, lebih melengking, lebih mendirikan bulu tengkuk, meski sekujur tubuh kami sudah kuyup. Aku mulai menggigil. Tapi kutahan. Pertarungan baru akan dimulai. Atau, sebaliknya.......?
Si mayat ternyata memilih kabur setelah sebelumnya berteriak-teriak kepanasan dan minta diampuni. Aku maklum, dia pasti tak kuat menahan ' serangan' Narma. Narma bukan sembarangan orang, sudah terlalu biasa baginya kalau hanya menghadapi jin dan sebangsanya. Dia sendiri bahkan pernah dikubur selama dua tahun, dan terbukti masih hidup seperti manusia normal lainnya.
Namun begitu, bukan berarti perburuan telah selesai. Karena si mayat hidup tadi memang bukan sasaran target kami malam ini. Yang kami cari justru bungkusan besar yang dijadikan alas tidur si mayat. Kalau bukan disebabkan isi bungkusan tersebut manalah mungkin kami bertiga nekad melakukan perburuan edan seperti ini. Selain telah lancang memasuki wilayah orang lain tanpa prosedur, juga telah menghabiskan dana jutaan rupiah serta proses waktu yang panjang.
Isi bungkusan tersebut, menurut Haji Topik sebulan lalu, adalah uang sebesar 10 milyar rupiah. Bayangkan, 10 milyar rupiah! Siapa orang yang tidak merasa tergiur? Siapa pula yang tidak gelap mata. Apalagi tanpa harus merampok, menganiaya dan membunuh seseorang. Maka kukira, wajar-wajar saja dalam menghadapi situasi krisis seperti sekarang, jangankan yang halal, yang haram saja sudah bukan kepalang.
Cerita tentang uang tersebut memang panjang sekali dan berliku. Tapi intinya antara lain, bahwa uang tersebut merupakan hasil kerja bareng Haji Topik bersama sejumlah orang pintar. Bahan baku yang digunakan pada awal pekerjaan mereka adalah PL sejumlah Rp 10 juta. PL adalah istilah lain untuk menyebut uang kertas ratusan merah bergambar perahu layar, yang diproduksi Peruri pada tahun 1992.
Melalui suatu upacara ritual lengkap dengan sarana yang diperlukan, dan dengan menggunakan ilmu tertentu yang hanya dimiliki oleh orang-orang terntentu pula, selama 41 malam berzikir, PL itu pun berubah wujud menjadi lembaran ratusan ribu rupiah. Aneh memang. Media apa yang mereka gunakan ketika itu? Tetapi demikian realitanya.
Masih menurut Haji Topik, mereka menggunakan bantuan Batara Karang (sejenis jenglot, tapi lebih mumpuni) dengan menjanjikan akan memehuni apa saja yang diminta si Batara Karang. "Tetapi, begitu kita ambil selembar, kemudian dibelikan rokok, kopi, gula dan sejumlah makanan kecil, ternyata bau bangkai. Rokok yang kita hisap bau bangkai, kopi yang kita minum bau bangkai, dan makanan pun demikian. Kita sendiri bingung waktu itu, karena bisa begini. Apa yang salah, apa yang kurang?" Ujar Haji Topik menjelaskan keanehan yang terjadi. Dan hingga disitu semua buntu, tak seorangpun dari kelompok mereka yang berhasil memecahkan masalah tersebut. Mereka hanya saling bertanya keheranan.
Semakin hari bau busuk itu terus menyengat. Satu dua tetangga Haji Asep, salah seorang rekan terdekat Haji Topik, mulai mengendus adanya bau busuk tadi. Haji Asep cemas karenanya. Bahkan setelah semakin santer, ia didatangi seorang reserse yang menanyakan asal muasal datangnya bau busuk itu. Tapi ia berhasil dinetralisir secara santun, toh hasilnya tetap sama. Ia paling takut berurusan dengan polisi. Kemudian atas kesepakatan bersama, Haji Asep kebagian tugas untuk mengamankan uang tersebut. Haji Asep lantas memilih bukit Cikundul sebagai satu-satunya tempat paling aman untuk menyimpan uang tersebut.
Dan aku adalah orang pertama yang dimintai bantuan oleh Haji Topik untuk menyempurnakan uang tersebut. Dengan cara gaib, tentunya. Maka beberapa hari setelah kupelajari secara detil, aku pun segera menyampaikan hal tersebut kepada orang tuaku di Majalengka. Pak Nurdin Ramanda, namanya.
Hasilnya? Ternyata tak semudah yang kubayangkan. Sewaktu Narma dan Giman mencongkel dan bermaksud mengangkat bungkusan itu, tiba-tiba ada sebuah sinar biru melesat dari dasar liang. Bungkusan terlepas. Keduanya tersandar pada dinding liang. Aku berusaha menghindar sebisaku ketika sinar tadi menyerang ke arahku. Kulihat jelas seperti mata harimau, berputar-putar dan beberapa kali menyerangku.
Tak lama kemudian sinar itu menyerang Narma. Narma berkelit, terjatuh. Sebelum mampu berdiri tegak, Giman sudah diserang terlebih dahulu sehingga ia terpelanting ke belakang. tubuhnya disambut pohon perdu berduri. Ia terluka, berdarah, meringis kesakitan. Namun tak lama kemudian bangkit lagi sambil memasang kuda-kuda yang lebih kukuh.
"Awas, ini batara karang. Berbahaya. Hati-hati!" Teriak Narma dalam guyuran hujan yang bertambah deras. Saat itu kuperhatikan sekitar pukul satu lewat. Saat itulah kupingku menangkap sebuah suara lembut tapi jelas. "Sebaiknya kalian bertiga mundur saja. Resikonya sangat besar. BK (batara karang) itu tidak akan membiarkan siapa pun mengambil dan mempergunakan uang tersebut sebelum yang bersangkutan dalam urusan ini menepati janjinya. Kalau kalian memaksa juga, tumbalnya adalah nyawa. Bukan cuma nyawa kalian saja, melainkan nyawa anak istri dan keluarga serta siap saja yang menikmati uang itu."
"Terima kasih Eyang. Tapi ini siapa?" Tanyaku memberanikan diri. Padahal sekujur tubuhku kian menggigil antara kedinginan dan ketakutan.
"Aku adalah saudara kembarmu. Assalamulaikum......."
"Wa'alaikum salam...." jawabku.
Aku menoleh sekeliling. Astaga, dari areal TPU kulihat bayangan putih bermunculan dari liang kubur masing-masing. Kian lama kian bertambah jumlahnya. Menurut perhitunganku, sekuat apa pun tenaga kami bertiga melakukan perlawanan, kekalahan akan berpihak pada kami. Maka aku segera memberi isyarat kepada Narma dan Giman agar selekasnya menghentikan perburan, kemudian mengambil langkah penyelamatan.
Terseok-seok kami bertiga menuruni bukit sambil tetap menghindari serangan si BK. Aku dan Narma selamat. Tapi Giman terpelanting ke sungai sementara si BK terus memburu. Untunglah Narma bertindak cepat. Giman berhasil diselamatkan. Kami terus berlari menuju kendaraan yang sengaja kusembunyikan dibalik rumpun bambu. Namun apa yang kulihat betul-betul tak masuk akal. Espass itu sudah dalam keadaan terbalik. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si BK, pikirku. Setelah berhasil mengatasi kendala tersebut, meski dengan susah payah, kami memutuskan untuk menghentikan perburuan. Kami menyerah, tapi bukan berarti kami kalah. Perburuan masih belum selesai. Suatu saat nanti kami pasti akan kembali lagi ke bukit Gundul untuk mengambil uang tersebut. Merebut kembali dari tangan si BK. Tentu saja dengan satu catatan, apabila Haji Topik bersama rekannya sudah menepati apa yang pernah mereka janjikan kepada si BK terkutuk itu.
Itulah kisah mistis yang kualami, kurasakan dan kunikmati suka dukanya bertarung melawan BK, pada Desember 2003 lalu. Di Cikundul, yang bernama asli Raden Aria Wiratanu Datar. Dimana nama ini sampai sekarang diabadikan sebagai nama salah satu jalan utama di kawasan Cianjur.
Kalau bukan lantaran uang 10 milyar, sumpah mampus aku tak sudi membongkar kuburan seseorang. Seumur hidupku, baru sekali itu aku edan-edanan. Apakah aku memang sudah edan? Tergantung bagaimana cara pembaca menyikapinya. Yang jelas dan pasti, aku tak akan pernah lagi mengulanginya

Susuk Pengasih Nyai Singa Bawuk

Ilustrasi
klenikmisteri.blogspot.com - Media susuk ini berasal dari bulu kemaluan seekor harimau. Siapa yang memasangnya, jika dia perempuan, akan menjadi binal dan hot. Berikut sebuah kisah nyata pemasang susuk kramat super langka ini….

Dulu, dia dikenal sebagai perempuan cantik penebar pesona. Namun kini dia hanya bisa berbaring lemas hampir tanpa daya. Teriakan kesaktian setiap malam memecah dari mulutnya yang kering dan kisut. Entah apa yang dirasakannya. Mungkin kesakitan, atau mungkin juga ketakutan. 
Kenyataan tragis itu harus dialaminya hanya karena sewaktu muda dia tergoda memburu nafsu dan ego keduniawian. Dia rela diperbudak kekuatan gaib yang berasal dari aura harimau betina yang sedang birahi, yang sukmanya dimasuki setan betina yang haus seks.

Dia terlahir dari pasangan orang tua yang secara kebetulan memiliki kelebihan dalam bidang suprantural. Trista namanya. Sejak masih kecil kehidupannya sangat kental dengan aroma mistis, meski ayahnya yang mendalami ilmu mistik kejawen itu tidak pernah menurunkan ilmu-ilmu miliknya kepada putrinya ini.
Diusia 16 tahun, Tirsta dijodohkan dengan lelaki murid terkasih bapaknya. Sebut saja bernama Pristono. Lelaki yang sudah berusia 30 tahun ini sangat ngemong, sehingga rumah tangga mereka selama 4 tahun berjalan sangat rukun. Sayangnya, mereka tak dikaruniai keturunan. Sampai di usia 34 tahun, usia yang sangat muda, Pristono meninggal karena suatu penyakit yang disebut orang desa dengan istilah “angin duduk”. 
Di usia 20 tahun, jadilah Trista hudup menjanda. Statusnya ini sering menimbulkan kondisi yang tidak enak. Daia kerap kali jadi bahan gunjingan di kampungnya. Karena janda muda dan cantik, dia juga sering jadi bahan cemburu buta para ibu di desanya.
Merasa tak tahan dengan keadaan tersebut, akhirnya Trista melangkahkan kakinya untuk merantau ke Sumatera. Dia ikut menumpang di rumah kakaknya.
Di Sumatera Trista bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kaya. Tanpa bisa dikendalikan, janda muda ini jatuh cinta pada anak majikannya. Sudah dapat dipastikan, pemuda tampan itu tak mungkin sudi menanggapi cinta janda kembang dari desa terpencil di pelosok Jawa ini. Trista sama sekali tidak sepadan dengan dirinya.
Cinta bertepuk sebelah tangan akhirnya membawa Trista berkenalan dengan dunia mistis. Dia menemui Mbah Darto, orang sakti yang juga berasal dari Jawa dan kebetulan adalah saudara seperguruan Bapaknya Trista. Terenyuh oleh nasib yang menimpa Trista, Mbah Darto menyarankan agar janda muda ini memasang susuk bulu kemaluan harimau betina yang sedang birahi, atau dalam istilah wong Jawa disebut Susuk Pengasih Nyai Singo Bawuk. Susuk ini tingkat kesulitannya luar biasa, karena mencarinya harus menunggu saat musim kawin harimau. Saat si raja rimba sedang melangsugkan hasrat birahinya, maka harus dibunuh. Yang betina untuk si pemasang wanita, demikian pula yang jantan untuk pemasang laki-laki. 
Menurut pengakuan Nek Trista, untuk pemasangan susuk harimau birahi ini harus diambilkan bulu yang tumbuh (maaf) di kemaluan harimau tersebut, meski hanya satu helai saja. Cara pemasangannya dengan ritual yang rumit. Seteklah bulu kemaluan harimau disiapkan, maka kewanitaan Trista dibasuh dengan darah harimau. Lalu, dengan cara gaib, bulu kemaluan harimau itu dipasangkan di bagian terlarang tersebut. 
Hasilnya memang luar biasa. Setelah memasang susuk keramat ini, anak majikan Trista yang tampan itu langsung bertekuk lutut di bawah kakinya. 
Singkat cerita, mereka pun menikah. Trista merasa dapat menggapai keinginannya, meski sesungguhnya pernikahan itu terjadi tanpa didasari kasih sejati sebagaimana wajarnya.
Dalam rentang perjalanan waktu, karena pengaruh Susuk Pengasih Nyai Singa Bawuk, akhirnya Trista tak dapat mengendalikan nafsu birahinya. Dia telah dikuasai kekuatan gaib yang bersemayam dalam susuk tersebut. Sejak itu, mulailah badai menerjang bahtera rumah tangganya. 
Setelah harta dan kejantanan suaminya habis, Trista meninggalkannya. Dia lari mengejar impiannya untuk memuaskan nafus birahinya, sekaligus mengumpulkan harta duniawi. 
Trista memilih kembali ke tanah Jawa. Tapi dia berlabuh di Jakarta. Di kota ini dia semakin menjadi-jadi. Dia terjun ke dunia hitam pelacuran. Hebatnya, setiap laki-laki hidung belang yang berhubungan intim dengan dirinya pasti akan ketagihan, sehingga banyak diantara mereka yang ludes uang atau harta bendanya.
Sebenarnya, Trista bukanlah gadis yang matre. Ini semua karena pengaruh susuk harimau betina tersebut, sehingga dia menjadi liar. Dan keliarannya membutuhkan biaya yang tinggi demi memenuhi selera live stylenya yang telah berubah. Dia bukan lagi gadis kampong yang lugu dan apa adanya. Untuk semua ini, sudah tentu dia membutuhkan uang banyak.
Begitulah! Petualangan Trista baru berhenti ketika dia jatuh ke dalam pelukan seorang duda hiperseks. Jadi klop sudah mereka. Kebetulan juga lelaki bernama Harmoko ini punya kehidupan yang lumayan. Mereka menikah, dan Trista terentaskan dari lembah hitam. 
Sayang, pernikahan ketiganya inipun juga tak dikaruniai anak. Di usia 50 tahun, usaha Harmoko bangkrut karena ditipu beberapa rekan bisnisnya. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Biaya hidup di Jakarta sangat mahal. Karenanya mereka memutuskan pulang ke kampung halaman Trista di Jawa. Di tempat tinggalnya yang baru, Trista mulai tekun memperdalam ilmu klenik, dan akhirnya membawa dirinya bertemu dengan roh gaib yang bernama Nyai Pilut. Dari bisikan Nyai Pilut inilah, Trista tahu sesuatu masalah yang ditanyakan orang lain. Ya, Trista menjadi dukun prewangan.
Tak lama kemudian, Trista cukup kondang di daerahnya. Banyak orang datang kepadanya. Merasa dendam dengan nasib buruk yang menimpa Hormoko, suaminya, yang ditipu rekan bisnisnya, maka mendorong Trista sering menipu orang yang datang padanya, dengan pembayaran yang cukup mahal. Ada-ada saja alasan yang digunakan untuk mengeruk uang pasiennya. 
Karena kelewat komersil, nama Trista akhirnya redup bak ditelan malam. Menurut orang-orang dekatnya, Trista telah ditinggal pergi oleh Nyi Pilut, yang tidak suka Trista telah berubah perangai menipu orang-orang yang meminta pertolongan padanya.
Akhirnya Trista jatuh miskin lagi. Dan yang lebih mengenaskan, Harmoko terkena stroke. Lima tahun sakit akhirnya dia meninggal dunia. Trista sering merenung, sekarang dia sendiri, tak punya siapa-siapa untuk berbagi cerita. Padahal dia benar-benar mencintai suaminya itu.
Usia Trista sekarang telah 75 tahun. Sejak Harmoko meninggal, dia memang sudah tak mau lagi bersentuhan dengan laki-laki, meski itu sangat berat. Ketuaan telah menggerogoti raganya. Dia jatuh terkulai tak berdaya.
Dalam ketidakberdayaan ini setiap malam, nenek Trista kerap berteriak-teriak kesakitan dan kadang-kadang menggeram bak seekor harimau. Oleh adik-adiknya, diusahakan cari syarat piranti gaib. Dari hasil deteksi ahli batin seorang paranormal wanita yang disapa akrab Jeng Rahayu dikatakan; “Ada 9 susuk ditubuh Mbah Trista, yang delapan saya sanggup mencabut, tapi yang satu, yang dipasang di kemaluannya, rasanya perlu waktu untuk mempelajarinya.”
Menurut Ahimsa, salah seorang adik Mbah Trista, ke-8 susuk pengasih berhasil dicabut oleh Jeng Rahayu. Untuk susuk yang satunya sedang mohon petunjuk ke Tuhan. Dua minggu kemudian, Jeng Rahayu bilang, kalau susuk itu bisa dikurangi daya gaibnya dengan Jadem Arab. 
Jadem adalah tanaman semacam agave atau disebut lidah buaya, tapi yang tumbuh di gurun Arab. Entah dari mana dapatnya, sejak diberi Jadem Arab itu, teriakan Mbah Trista tak begitu memilukan. Tapi tetap saja menjerit-jerit hampir tiap malam, meski frekuensinya berkurang.
Jeng Rahayu juga bilang pada Ahimsa, Susuk Pengasih Nyai Singa Bawuk hanya dapat dihilangkan dengan darah kucing kembang talon (belang tiga) jantan dan tapelan kulitnya.
Betapa sulitnya mencari kucing kembang talon jantan, sebab kucing jantan jenis ini pasti dibunuh induknya sendiri, atau kucing dewasa lainnya bila diketahui hidup. Konon, bila sampai tumbuh dewasa ia akan menjadi rajanya kucing.
Tapi, puji syukur, Ahimsa, bisa mendapatkan kucing dimaksud meski masih anakan. Kucing mungil yang masih sangat muda itu dipotong, darahnya digunakan untuk membasuh kemaluan Trista, lalu kulitnya yang sudah diseset ditempelkan di tempat terlarang itu. 
Ritual tersebut dilakukan sore hari. Menjelang tengah malam, tiba-tiba Mbah Trista menjerit sangat keras dan mengaum panjang seperti harimau. Kata Ahimsa, dari pusarnya keluar cahaya kemerahan, meluncur menembus genteng. Tak lama kemudian, Mbah Trista tertidur pulas.
Satu minggu sejak peristiwa itu, Trista tiap malam tak teriak-teriak lagi dan tak menggeram. Nenek renta itu akhirnya wafat dalam damai setelah susuk Nyi Singo Bawuk terlepas dari raganya.

Bila melihat betapa cermin hidup yang ditayangkan Misteri ini begitu memilukan, masihkan kita akan memburu piranti gaib yang hanya memberi kenikmatan semu sesaat? Setelah itu terkena laknat?

Kehadiran cerita ini bukan untuk membuka wacana ajakan untuk mengikuti jalan sesat tersebut. Tapi bijaklah dalam menentukan pilihan hidup.